This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 06 Desember 2017

SISTEM KEMASYARAKATAN, PEMERINTAHAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN PADA MASA HINDU - BUDDHA DI INDONESIA

SISTEM KEMASYARAKATAN, PEMERINTAHAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN PADA MASA HINDU – BUDDHA DI INDONESIA

1.      Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik, yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut maka sIstem pemerintah yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa keramat sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah singasari, seperti kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa, dan Raden Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihara (Dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan seorang raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai  putra mahkota seperti yang terjadi di kerajaan majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi disamping terlihat alam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan hindu terdiri atas kasta Brahmana (golongan pendeta), kasta Kesatria (golongan prajurit dan bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang), dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia, tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India. Hal itu dikarenakan kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian. Di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
2.     Sistem Pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
3.     Sistem Filsafat
Akulturasi filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).

4.     Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada animisme dan dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut atau mempercayai agama –agama tersebut.

Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme (bagian dari proses akulturasi yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu). Itu sebabnya agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu –Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia.  Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, ternyata upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

SENI UKIR PENINGGALAN KERAJAAN HINDU - BUDDHA DI INDONESIA

SENI UKIR PADA MASA HINDU BUDDHA DI INDONESIA
Penulis : Ikhwatun Muamalah
A. Latar Belakang Seni Ukir di Indonesia
Kehadiran seni ukir di Indonesia sebenarnya telah tumbuh pada zaman purba ketika kesenian Indonesia menerima unsur-unsur seni Hindu. Dalam perkembangan waktu yang cukup lama, seni ukir menjadi milik bangsa Indonesia dan diwujudkan dalam mengisi dinding-dinding arsitekturnya. Hal ini dapat dilihat pada seni bangunan percandian yang memiliki karya-karya batu ornamentik yang indah.
    Menurut Van den Berg dan Kroskamp, seni arca berasal dari bangsa Hindu, tetapi mereka mengatakan bahwa yang membuat candi dan arca di Dieng adalah orang Jawa sendiri. Seniman tersebut menciptakan bangunan di Dieng berdasarkan pengetahuan dari guru-guru mereka yang berasal dari India. Dengan demikian seni bangunan dan seni arca yang ada di Indonesia mempunyai corak tersendiri sebagai hasil dari kreativitas orang Indonesia.
Usaha pemeliharaan dan pengembangan seni ukir klasik ini dipertahankan terus dari bentuk serta keindahannya, sehingga mencapai puncak perkembangannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari berita perjalanan Hayam Wuruk yang ditulis oleh pujangga Prapanca yang berbunyi antara lain, bahwa dalam perjalanan tersebut Hayam Wuruk telah mengunjungi beberapa tempat suci seperti candi Penataran yang didirikan di lereng gunung Kelud. Pada dinding candi tersebut terdapat relief tokoh pewayangan dan juga banyak arca yang indah.
Sejalan dengan masa suramnya kerajaan Majapahit, berkembanglah agama Islam serta peradabannya di Jawa, khususnya di pantai utara Jawa. Bila pertumbuhan seni ukir diawali dengan masuknya agama Hindu di Jawa, maka berkembangnya seni ukir seiring dengan berkembangnya kebudayaan Islam yang berpusat di kesultanan Demak melalui proses akulturasi. Walaupun kerajaan Majapahit mengalami masa surut, namun tidak berarti membawa runtuhnya seni hias klasik di Jawa, bahkan ia merupakan awal dari perkembangan baru kebudayaan zaman madya dengan bentuknya yang khusus terutama adanya pengaruh agama Islam.
Dalam banyak hal kebudayaan Islam memang sangat berpengaruh terutama dalam pelarangan mewujudkan bentuk-bentuk figur ataupun makhluk hidup dalam setiap unsur ukiran. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya bentuk-bentuk yang telah distilir dari makhluk hidup tersebut. Pengaruh Islam juga menyebabkan seni patung tidak berkembang di Jepara, sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara perkembangan seni ukir di Jepara dengan seni ukir yang berkembang di Bali.
Berikut ini disajikan contoh-contoh visual gaya seni ukir yang berkaitan dengan aneka ragam motif hias dan gaya mebel ukir yang berkembang di Jepara.
B.    JENIS-JENIS MOTIF HIAS
1.       MOTIF HIAS PERCANDIAN


“Salah satu adegan dalam kisah Mahakarmmawibhangga, terlihat serombongan orang (berpayung) memberikan persembahan kepada orang-orang miskin. Pada adegan kiri terlihat ada seorang penting (bangsawan?) yang dihadap oleh para pengikutnya.”
Adegan-adegan relief tersebut sudah barang tentu dibuat oleh nenek moyang bangsa Indonesia sendiri, dan apabila diperhatikan dapat dijumpai adanya kecermatan, ketepatan, dan keseuaian antara objek yang digambarkan dengan objek sebenarnya. Media batu sebenarnya merupakan sesuatu yang sulit untuk dibentuk karena sifatnya tidak plastis, namun nenek moyang kita telah mampu menghadirkan estetika tingkat tinggi pada relief-relief batu tersebut.
https://hurahura.files.wordpress.com/2010/12/agus-2.jpg


“Sebagian adegan relief cerita Ramayana di dinding Candi Siwa Prambanan, menggambarkan pesta di Ayodya. Relief digambarkan dengan dinamis, cermat, dan naturalis sesuai dengan gambaran objek sebenarnya.”
Relief-relief cerita yang digambarkan di kedua candi besar tersebut jelas digarap oleh tangan-tangan silpin (seniman) yang terampil pada masanya. Mereka juga telah berhasil menghadirkan suasana dan karakter pada penggambaran relief. Pada relief-relief di Candi Borobudur suasana khidmat yang syahdu senantiasa terdapat pada setiap penggambaran panil reliefnya, karena memang candi itu dibangun untuk sarana meditasi. Lain halnya dengan relief Ramayana dan Krsnayana di percandian Prambanan, panil-panilnya selalu menggambarkan suasana dinamis, kepahlawanan, dan penuh perjuangan.
https://hurahura.files.wordpress.com/2010/12/agus-3.jpg?w=300&h=249

Arca Dewi Parwati (Tribhuwanottunggadewi) dan Hari-Hara (Raden Wijaya)
Arca-arca tersebut digarap dengan kecermatan yang luar biasa, para silpin agaknya berupaya untuk menggambarkan wajah tokoh yang diarcakannya sesuai dengan keadaan sebenarnya, kemudian baru dibalut dengan busana kebesaran seorang dewa. Tradisi pembuatan arca potret tersebut tidak pernah ada di Tanah India sendiri, jadi asli hasil kreativitas pemikiran keagamaan dan juga penuangan ekspresi seni nenek moyang bangsa Indonesia sendiri.
https://hurahura.files.wordpress.com/2010/12/agus-4.jpg

Salah satu arca potret dalam masa akhir Majapahit, masa itu pembuatan arca potret telah merebak dalam masyarakat, jadi tidak hanya didominasi oleh kaum bangsawannya saja. Arca-arca potret tersebut mempunyai ciri sebagai berikut:
1)      digambarkan statis-kaku dengan badan tegak dan kedua tangan terjulur di samping tubuh atau bermeditasi di dadanya.
2)     mata digambarkan terpejam atau setengah terpejam
3)     digarap secara simetris pada tataran kanan-kiri arca
4)     apabila digambarkan adanya hewan, maka hewan tersebut juga dalam sikap statis.
Arca-arca perwujudan tersebut bukan semata-mata diabdikan untuk keperluan keagamaan, akan tetapi juga merupakan ekspresi seni dari para silpin pembuatnya. Maka pada masa Majapahit sudah pasti terdapat silpin-silpin maestro dan juga silpin pemula. Dapat ditafsirkan arca-arca yang berpenampilan luar biasa indah seperti yang berasal dari Candi Sumber Jati dan Ngrimbi, pastinya para silpin istana yang sudah tinggi ilmunya apabila dibandingkan dengan silpin-silpin pedesaan yang belum mampu membuat arca yang indah dan berkharisma.
2.      MOTIF HIAS KEDAERAHAN

Minggu, 03 Desember 2017

SENI SASTRA DARI MASA HINDU - BUDDHA

SENI SASTRA DARI MASA HINDU – BUDDHA
A.    ZAMAN KEDIRI
Pada zaman kerajaan kediri, karya sastra berkembang pesat. Diantaranya adalah :
1.      Kakawin Bharatayudha
Gambar 1.1 Kitab Kakawin Bharatayudha
Sumber: https://www.google.co.id/search?dcr=0&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=X4kjWobRDsjG0gS5nbCQCw&q=kitab+kakawin+baratayuda&oq=kakawin+ba&gs_l=psy-ab.
Kakawin Bharatayudha merupakan Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yang berisi tentang kemenangan Janggala atas Panjulu saat masa pemerintahan Raja Jayabaya. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157.
2.   KITAB KRESNAYANA
Gambar 1.2 Kitab Kresnayana
Sumber: http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-kediri
Kitab Kresnayana merupakan karya Empu Triguna, yang berisi tentang riwayat kehidupan Kresna yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak nakal, namun disayangi banyak orang sebab suka menolong. Selain itu, Kresna juga mempunyai kesaktian yang luar biasa, dan setelah dewasa ia dikawini dengan Dewi Rukmini.

3.      KITAB SUMARASANTAKA (tidak ada dokumentasi gambar)
Kitab Sumarasantaka adalah karya Empu Monaguna, yang berisi tentang bidadari Harini yang terkena kutukan dan menjelma sebagai seorang putri di bumi. Setelah masa hukumannya habis, ia kembali ke kahyangan.

4.   KITAB HARIWANGSA DAN GATOT KACAS RAYA (tidak ada gambar)
Kitab Hariwangsa dan Gatot Kacas Raya adalah karya Empu Panuluh, yang berisi tentang kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukmini.
5.      KITAB SMARADHANA
Gambar 1.3 kitab Smaradhana
Sumber: http://sejarahlengkap.com/wp-content/uploads/2017/06/Kitab-Smaradhana-300x233.jpg
Kitab Smaradhana adalah karya Empu Dharmaja yang isinya menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yang merupakan sepasang suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka.

6.   KITAB LUBDAKA DAN KITAB WIRTASANCAYA
Kitab Lubdaka dan Kitab Wirtasancaya adalah karya Empu Tan Akung.

B.     ZAMAN MAJAPAHIT
Pada zaman majapahit, karya sastra juga berkembang pesat, dan hasil sastranya terbagi menjadi zaman majapahit awal dan juga majapahit akhri. Diantaranya adalah :
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AWAL
1.    Kitab Negara Kertagama
Gambar 1.4 Kitab Negara Kertagama
Sumber: https://scoopadm.apps-foundry.com/scoopcor/api/v1/items/30633/preview/1.jpg
Karya Empu Prapanca, yang berisi tentang keadaan kerajaan Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan pemerintahan Hayam Wuruk dalam memimpin daerah-daerah kekuasaannya.
2.    Kitab Sutasoma
Gambar 1.5 Kitab Sotasoma
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Ls1i7ns9ftZna_6YIFRBhphVg5d_Ob5qKsTE5QhQXZXK44Ia0gLgC9X63WVLmtht5mOd1BRExqvkl9YY96g3G84QPlkbxxEPRcwXG186TcVusVDC8ShlXOd7s_QDAOGOKu_4xnEKbbI/s1600/sutasoma.jpg
Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai lambang NKRI.
3.    Kitab Arjunawijaya
Gambar 1.6 Kitab Arjunawijaya
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhysKCzwISxafhyphenhypheneWxhVqh_wPvTgelikeGgkCzaqeZiHfyhRdQFhDvjLP0PnuQsMGzXD-1HqgJC2V85GhbLCTXf671rHee5as3IWBtEtK4Xma5jndhG2jx45oGFKGSVaZV2WMXbVIJ7wujZ/s1600/download+%25283%2529.jpg
Karya Empu Tantular, yang berisi tentang raksasa yang berhasil dibunuh oleh Arjuna Sasrabahu.
4.    Kitab Kunjarakarna
Gambar 1.7 naskah kunjarakarna
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/b6/Kunjarakarna_LOr_2266.jpg
Naskah nipah Kuñjarakarna yang disimpan di Universitas Leiden sebagai naskah Orientalis 2266, halaman 1 verso. Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.
5.    Kitab Parthayajna
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpl6cCql88W09UcWfuuNzvIILrbwoAJeKaY2R2cz_5nB1jRsBe7pkuaV1h0pI6Ai-VIPmHWTln_fb4ya3AI1akRvtH7m9v1uqG4QQCpJeZb8jOLYMZGxn9j0iWV-Y742AYLKi8UXC6BwbU/s1600/parthayajna.jpg
Berisi tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu bersama Kurawa, yang akhirnya diasingkan ke hutan.
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AKHIR
Hasil karya sastara zaman majapahit akhir, lebih banyak ditulis dengan bahasa Jawa Tengah. Di antaranya ada juga yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa).
1.    Kitab Pararaton
Gambar 1.8 Kitab Paraton
Yang berisi tentang cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu juga diceritakan tentang Raja Jayanegara, pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.
2.    Kitab Sudayana
Sumber: https://pbs.twimg.com/media/A2uyk4fCQAAuUhD.jpg
Yang berisi tentang peristiwa bubat, yaitu rencana perkawinan yang akhirnya berubah menjadi pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada. Di dalam pertempuran bubat ini, raja Sunda dengan pembesarnya terbunuh, dan Dyan Pitaloka membunuh dirinya sendiri.
3.    Kitab Sorandakan
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLZJkfpiXaMzdi6aggDNaWBfX3-TL468QnHp0A1CmLAQ22bHu6CmpRIK9mXNuXHhyphenhyphenIp_7tff7a0ratfleB6gHkJDlxPts1l2_FddoYp7RmatVogbpQ51V_rhyphenhyphen4cXHdQbNQMe6wIK2OI1IZ/s1600/download+%25281%2529.jpg
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh Sora terhadapa Raja Jayanegara di Lumajang.
4.    Kitab Ranggalawe
Gambar 1.9 Kitab Ranggalawe
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj39VPjc6Xar8CWFhDpH77iOKveZqYKnajFKzj8skrvaKohQfzJLZj2ybTTzj5kE9bcDxOhRsvx32aUFZP8bymimCQhrAU4bMyxl3PVsrPPifgswlD9G6zopd1glQRuU5qyKX1U0CxJN9s/s1600/Kitab+Ranggalawe.jpeg
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Turban terhadap Raja Jayanegara.
5.    Kitab Panjiwijayakrama (tidak ada gambar)
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tetnang riwayat Raden Wijaya sampai berhasil mendirikan kerajaan Majapahit.

6.    Kitab Usana Jawa (tidak ada gambar)
Yang berisi tentang penaklukan Bali oleh Patih Gajah Mada dan Aryadamar.

7.    Tantu Panggelaran(tidak ada gambar)
Yang berisi tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa, oleh Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Keruntuhan gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menghasilkan gunung-gunung di Jawa lainnya. Dan juga berisi tentang mitos penjadian manusia.
8.    Kitab Calon Arang
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVC26pZSmi3QX7w71RIj89r3ryK8iHcXo1FEpd4BED-IxK4xqrNFEf5wd5s5bfDIRQteyescrLt8TGma8AWhbxR9eP5PsaJR9xwaTUg923XfbTnFR4p0A4mzTZrSXQ6M3c66dWWODUye8/s400/tjita-dewa-calon-arang-copy.jpg
Yang berisi tentang seorang pengrajin tenun, yang bernama Calon Arang yang hidup saat masa pemerintahan Raja Airlangga. Penenun ini memiliki anak yang sangat cantik, namun tidak ada yang berani untuk meminangnya. Calon Arang merasa terhina dan menyebarkan wabah penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Raja Airlangga, ia dapat dibunuh oleh Empu Bharada.