SISTEM
KEMASYARAKATAN, PEMERINTAHAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN PADA MASA HINDU – BUDDHA
DI INDONESIA
1.
Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
Wujud akulturasi dalam
bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik, yaitu
sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh
India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut maka sIstem pemerintah
yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh
seorang raja secara turun-temurun.
Raja di Indonesia ada yang
dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa keramat sehingga rakyat sangat
memuja raja tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang
memerintah singasari, seperti kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa, dan Raden
Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihara (Dewa Syiwa dan Wisnu jadi
satu).
Pemerintahan seorang raja
di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan
ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan
terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota seperti yang terjadi
di kerajaan majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi
disamping terlihat alam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut
kepercayaan hindu terdiri atas kasta Brahmana (golongan pendeta), kasta
Kesatria (golongan prajurit dan bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang),
dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga
berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia, tetapi tidak sama persis
dengan kasta-kasta yang ada di India. Hal itu dikarenakan kasta India
benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia
tidak demikian. Di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
2. Sistem Pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia
dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana.
Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja
serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara
Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma
dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang
pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian
(kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
3. Sistem Filsafat
Akulturasi filsafat Hindu
Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi
makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya
raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di
tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan
Imogiri (Yogyakarta).
4. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang
berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah
kepercayaan yang berdasarkan pada animisme dan dinamisme. Dengan masuknya agama
Hindu-Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut atau mempercayai
agama –agama tersebut.
Agama Hindu dan Buddha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme
dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme (bagian dari proses
akulturasi yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu).
Itu sebabnya agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda
dengan agama Hindu –Buddha yang dianut oleh masyarakat India.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan
oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara
Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, ternyata upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India.